Rabu, 11 September 2013

LDF (Long Distance Friendship)

Sahabat, semua orang aku rasa mempunyai seseorang yang di  beri panggilan itu. Yaa seperti juga aku, aku juga punya sahabat, dan sahabat yang ingin aku ceritakan saat ini adalah persahabatan yang mungkin tidak semua orang punya.
Aku punya 3 orang sahabat yang tinggal di daerah yang berbeda dengan aku, yang pertama Aisyah Nur Rahmah, dia tinggal di bandung, kuliah nya di jogjakarta, dan yang kedua Galang Nuzul Firman, dia tinggal di Salatiga, kuliah di Semarang. Dan yang terakhir, Lukman Nul Hakim, dia emang tinggal di sekayu, sedaerah dengan ku, tapi dia kuliah di lampung.
Oke kenapa kami berempat bisa menjadi sahabat ? karena kami pernah sekolah di SD yang sama, ya kami pernah sama-sama sekolah di SD Negeri 3 Sekayu, kota kelahiran aku dan Lukman. Aisyah dan Galang mempunyai orangtua yang kerjaannya mengharuskan mereka selalu berpindah-pindah kota, dan beruntungnya aku di beri kesempatan untuk mengenal mereka karena mereka bisa terdampar di salah satu kecamatan di provinsi Sumatera Selatan.
Aku mulai sekolah di SD Negeri 3 Sekayu sejak kelas 3, kalau si
Aisyah pas kelas 5, sedangkan Lukman sudah sejak kelas 1 dan si Galang baru bersekolah di sana pas kelas 6 SD, dan beruntungnya kami  masuk di kelas yang sama, karena di SD ku dulu, kelasnya di bagi 2 A dan B. Yaa nama nya anak SD, kami bermain bersama, belajar bersama. Waktu Aisyah ulang tahun kami datang, dan si Galang menyumbangkan sebuah lagu project pop “ingatlah hari ini”.
Saat kami lulus SD, Aisyah harus ikut orangtua nya pindah ke Bangka, sedangkan Aku, Lukman dan Galang masuk di SMP yang sama. Pas kenaikan kelas 3 SMP, galang pindah ke Salatiga, dan sejak lulus SMP, aku dan Lukman pun masuk di SMA yang berbeda, mulai saat itulah kami tidak pernah bertemu lagi, aku dan Lukman walaupun masih tinggal di daerah yang sama, tapi kami jarang bertemu karena kesibukan masing-masing.
Sampai suatu hari, Lukman memberitahuku sebuah akun friendster Aisyah, karena dulu lagi maraknya socmed bernama friendster. Akhirnya kami pun bisa berkomunikasi kembali, melihat foto-foto kita yang ternyata wajah-wajah kami sudah sedikit berubah. Dari awalnya friendster, beralih ke facebook dan sekarang twitter, kami tidak pernah putus komunikasi, sering wall-wallan, mention-mentionan bertanya kabar. Dan dengan semakin banyak nya social media, tak ada alasan buat kami untuk tidak saling terhubung.
Kami memang tinggal di kota berbeda, tapi kami lebih dekat dari pada orang-orang yang tinggal satu kota tapi tidak pernah terhubung. Dari kami berempat, si Lukman yang paling susah di cari, mungkin orangnya agak sedikit anti social karena kebanyakan belajar, gimana ga pinter kalo ip nya ga pernah di bawah 3,5 mungkin, malah sering mencapai angka sempurna 4,00..
Aku, Aisyah dan Galang sering ngobrol lewat line, kami ngobrol apa-apa pun, dari obrolan ga jelas, sampai obrolan galau, kami juga sering video call. Aisyah dan Galang masih sering bertemu. Sampai sekarang, aku yang sudah menyelesaikan program D-III ku. Aku tidak pernah bertemu Aisyah dan Galang, dengan Lukman pun sekali-sekali kalau dia balik ke Sekayu, tapi persahabatan kami tetap berjalan walau di pisahkan jarak yang cukup jauh, bahkan mereka bisa menjadi tempat aku berbagi walau tidak bertemu satu sama lain, bahkan aku lebih nyaman berbagi bersama mereka ketimbang berbagi bersama teman-teman yang keberadaan nya dekat dengan ku.
Yaa, aku berharap sih suatu hari nanti, kami berempat bisa kumpul, ga kebayang kalau kami berempat ketemu, pasti bakal pecaaahhh... di Line aja ngobrol nya udah seru gila, apalagi ketemu......
Memang, orang yang setiap hari bertemu dengan kita belum tentu bisa lebih mengerti kita dibandingkan orang-orang yang tidak selalu bersama kita.

Sahabat yg kini hidup dalam kenangan

             Dulu waktu pertama kali masuk kuliah, jujur aku nggak punya teman, karena pada dasarnya ini merupakan tempat baru, teman yang aku punya adalah teman yang sedaerah dengan ku. Setelah beberapa bulan kuliah, barulah aku mendapatkan teman-teman baru, dimulai dari teman sekamar ku, karena tempat kuliah ku menyediakan fasilitas asrama, lalu kemudian teman ku bertambah dan bertambah.
Salah satu teman ku adalah ovinda runika, dia lebih akrab di panggil ocha, orang nya cantik, mata nya sipit kayak orang cina, dulu dia mengaku pada kami kalau dia itu pernah operasi kista sewaktu kelas 3 SMA, maka nya sampai sekarang dia banyak minum obat, setiap jam, berapa kapsul obat yang harus dia minum, makanan nya pun hanya sayur-sayuran yang dimasak sendiri oleh ibunya, bahkan nasi nya pun berasal dari beras organik. Dia sering mampir ke asrama, karena dia bukan anak rantau, jadi dia tidak tinggal di asrama, dia main ke asrama sambil menunggu papa nya menjemput nya, lagipula waktu semester awal, kami mahasiswa baru selalu melakukan olahraga setiap pulang kuliah untuk acara pekan olahraga poltekkes, dan pulang nya sore, daripada bolak-balik, dia sering main ke asrama.
Dia itu teman yang baik, setiap pagi pas aku datang ke kelas dia selalu menyambutku dengan senyuman sambil berkata “mi, ini kursi nya udah aku tempatin” sambil menunjuk salah satu kursi di sampingnya yang dia taruh gelas air minum nya.
              Karena keegoisan ku, sejak masuk akhir semester 2, aku mulai menghindarinya, dari yang sering duduk di sampingnya, sekarang aku lebih memilih kursi lain, dari yang sering meminjamkannya tempat tidur, sekarang aku malah tidak peduli bahwa dia ingin numpang tidur di kasur ku.
Sampai suatu hari, aku mengajak nya berbicara, aku ingin mengeluarkan unek-unek yang aku pendam terhadapnya, setelah aku selesai mengeluarkan unek-unek ku, kalimat yang keluar dari mulutnya bukan membalas rasa kesal ku, membalas amarah ku, bukan itu, tapi kalimat yang dia ucapkan adalah “sumpah mi, aku kangen sama kamu, kangen banget” aku sempat terhenyak mendengarnya, tapi karena, lagi-lagi karena keegoisan ku, aku pun tak memperdulikan ucapan nya dan berlalu pergi.
             Pas masuk semester 3 dia mulai jarang kuliah, awalnya kami tidak terlalu mencari tahu kenapa, karena dari kabar yang kami dapat, bahwa dia sedang sakit. Suatu hari, aku dan teman-teman ku yang lain, menonton sebuah film yang berjudul “Surat Kecil Untuk Tuhan” film yang bercerita tentang seorang anak yang berperang melawan penyakit kanker getah beningnya.
Entah kenapa, kami lalu teringat dengan teman kami ocha, lalu kami berinisiatif untuk menjenguknya, dan saat kami tiba di rumah nya , kami di kejutkan dengan sebuah kenyataan, ternyata selama ini ocha tidak menderita penyakit kista, melainkan kanker ovarium. Di rumahnya itu lah aku dan teman-teman yang lain menangis sejadi-jadinya setelah mengetahui hal tersebut, pertama kali kami mengunjungi ocha, dia sempat tidak mengenali kami, itu sangat membuat ku bertambah sedih, tapi dengan sabar kami membantunya mengingat kami kembali, dan Alhamdulillah setelah beberapa menit dia ingat kembali, dia menangis ketika dia ingat pada kami, lalu dia berkata tentang kami satu-persatu, dan kata yang dia ucapkan tentang aku adalah “mia baik, sering minjemin tempat tidur” dan mendengar kata-kata itu airmata saya semakin deras mengalir, saya hanya bisa menjawab “iya cha, nanti ocha tidur di asrama lagi ya, tidur di tempat tidur mia, maka nya ocha harus sembuh” .
              Lalu hari berganti hari, karena sedang menghadapi Ujian Tengah Semester kami tidak bisa menjenguk ocha lagi, sampai suatu hari, mungkin lebih tepatnya 2 minggu setelah waktu kami berkunjung, ibunda ocha menelpon salah satu teman kami, beliau memberitahukan bahwa ocha sekarang masuk rumah sakit dan beliau meminta kami sekelas untuk datang menjenguknya. Setelah ujian selesai, kami sekelas pun berangkat ke rumah sakit, sesampai di sana, karena di ruangan tidak boleh banyak orang, alhasil kami menjenguknya bergantian, aku menyuruh teman-teman yang belum sempat menjenguk ocha untuk masuk terlebih dahulu, setelah semua teman sudah selesai, tibalah giliran aku dan 2 orang teman ku, ketika memasuki ruangan tempat ocha di rawat, aku kaget ketika melihat kondisi nya yang sudah jauh berbeda dari terakhir kali aku melihatnya, saat itu ocha sudah tidak bisa berbicara ataupun membuka mata, yang terdengar hanya bunyi nafas nya. Seketika itu, aku memegang tangan nya dan meminta maaf karena aku tahu, aku begitu banyak salah pada nya, lalu aku pun mencium pipinya, aku melihat di sampingnya, ibunda ocha, yang sedang menangis, entah sudah  berapa banyak airmata  yang beliau habiskan.
Beberapa menit kemudian, nafas ocha sempat terhenti, dan kami pun panik, kami pun memanggil dokter dan suster, karena di ruangan tidak boleh banyak orang, akhirnya kami di suruh perawat menunggu di luar, setelah beberapa menit menunggu dengan cemas, kami mendapat kabar duka dari perawat, bahwa teman saya ovinda runika sudah meninggal dunia, ini seolah-oleh pertanda bahwa ocha menunggu kedatangan kami, karena dia meninggal sesat setelah giliran yang paling akhir. Di sana aku menangis sejadi-jadinya, aku memasuki ruangan dan melihat jasad nya.
Ketika pihak rumah sakit ingin membawa jenazah ke rumah duka, aku ikut mengantarkan nya dengan menaiki mobil jenazah. Aku pikir, mungkin ini persembahan ku untuk sahabat ku. Sahabat yang tak pernah membenci ku ketika aku menghindarinya, sahabat yang selalu menunggu ku ketika aku jauh darinya, sahabat yang selalu mau berbagi apa saja, sahabat yang membuat aku sadar betapa bodohnya aku menyia-nyia kan waktu yang hanya sebentar bersamanya. Semoga kamu tenang di sana teman... aku akan selalu merindukan mu :’)