Sabtu, 18 November 2017

Tak tahu

Aku merasakan nya lagi.
Setelah rasanya sudah lama tak merasakan perasaan sepeti ini.
Mungkin, jika disebut pacaran, aku sudah hampir 4th tak merasakan nya.
Tapi di waktu 4th itu, tak hanya 1 pria yang dekat denganku.
Tapi, semuanya berakhir begitu saja. Tanpa ada ikatan tanpa ada kata selamat tinggal.
Rasanya bukan masa nya lagi untukku menginginkan masa pacaran seperti anak SMA dulu. Mengucapkan kata cinta setiap waktu. Rasanya sudah tidak pas lagi.

Setelah putus dengan pacar terakhirku. Aku hanya dekat dan dekat saja dengan lelaki. Belum ada yang menurutku bisa diajak berkomitmen serius.
Mereka hanya menjadi seseorang yang kedatangannya akan aku terima namun kepergiannya takkan ku sesali. Hanya sebatas itu.
Jika mereka datang, aku meluangkan waktu untuk mereka. Jika mereka pergi, aku takkan mencari.
Hahahaha..
Mungkin sudah terlalu jemu untuk mengemis.
Mungkin sudah terlalu pasrah pada takdir.

Sekarang.
Ada seseorang yang hadir di hidupku.
Tapi, aku tak bisa menyimpulkan akan seperti apa jadinya nanti.
Seperti biasanya. Aku menjalaninya seperti mana mestinya.
Apakah dia akan menjadi selamanya atau kah sementara, aku tak tahu.
Yang jelas, aku bahagia bersamanya.
Aku nyaman di dekatnya.
Soal nanti ke depannya.
Biarlah tuhan yang menentukan.
Aku hanya bisa menjalani semampu ku.
Aku akan bertahan sebisa ku.

Rabu, 08 November 2017

Dia kembali

Entah kenapa dia kembali.

Beberapa bulan yang lalu,  aku mengenal seorang pria. Dia lebih muda 2 tahun dari ku. Saat pertama kali memutuskan untuk bertemu,  aku merasa dia adalah lelaki yang baik.
Selayaknya seseorang yang sedang menjalani masa pengenalan. Aku selalu ingin mengetahui tentangnya. Beruntung,  aku sudah mengenali keluarganya. Bahkan menurutku,  aku sudah bisa menjadi akrab dengan keluarganya.

Saat aku diajaknya untuk menghadiri sebuah acara keluarga, aku merasa nyaman karena aku diperlakukan dengan sangat baik dan diterima dengan baik.

Namun. Tiba-tiba, pria itu tidak pernah mau lagi membaca pesan yang aku kirimkan. Mengangkat telpon ku. Bahkan ketika aku berkunjung kerumahnya, dia tidak menyapaku sehangat biasanya.
Apakah Aku mulai menyalahkan diri sendiri lagi ?
Tentu saja.
Saat aku merasa semuanya baik-baik saja,  tapi dia berubah tak seperti biasanya.
Apakah aku menanyainya ?
Bukan hanya menanyai. Tapi mungkin bisa disebut aku meghujani nya dengan pertanyaan-pertanyaan yang hampir sama.
Apa dan mengapa.
Apa salah ku ?
Mengapa kamu begini ?
Tapi, aku tak kunjung mendapat jawaban.
Hingga pada suatu hari, aku memilih untuk berhenti dan menerimanya saja.
Toh, aku bukan hanya kali ini diperlakukan seperti ini.
Walau begitu, aku tetap tidak bisa meyakini diri ku dan menguatkan hatiku. Bahwa semua akan baik-baik saja.
Apakah aku dengan mudah melupakannya ?
Aku tau, jika kamu manusia biasa. Kamu pasti tau jawaban nya seperti apa.
Melupakan tidak akan pernah menjadi hal yang mudah.
Hampir tiap hari aku memikirkannya.
Hampir tiap hari aku bertingkah seolah aku baik-baik saja dengan semua ini.

Hingga pada hari senin 6 november 2017 sekitar pukul 14.28 wib. Aku menerima panggilan video. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat foto yang menyertai nomor ponsel yang sengaja tidak aku simpan untuk menjaga jari ku agat tak menghubunginya.
Tentu saja telepon itu ku angkat.
Dan kamu tahu apa yang aku rasakan saat itu ?
Bahagia ? Tentu saja. Dia orang yang aku rindukan.

Tapi. Entah kenapa. Mungkin karena terauma karena dia sempat hilang hampir 1 bulan lebih. Aku memiliki ketakutan. Ketika pesan ku tak dibalas. Telponku tak diangkat.
Rasa takut itu rasanya menjadi dua kali lipat dari sebelumnya.
Mungkin aku takut dia hilang.
Mungkin aku takut ditinggalkan.
Mungkin aku sedang berhati-hati agar tak melakukan kesalahan yang akan membuatnya pergi lagi.
Iya. Aku takut..

Bahkan aku selalu bertanya.
Kenapa dia kembali ???

Tapi aku tidak akan pernah menanyainya. Bahkan aku tidak ingin menanyai alasan dia hilang. Apa salahku yang membuat dia seperti kemarin.
Aku tak ingin mengetahuinya.
Aku tak ingin membahasnya.

Biarlah. Aku akan menganggap seolah-olah itu tak pernah terjadi.

Mungkin aku bisa berpikir begini.
"Mungkin tuhan memberikan ku kesempatan sekali lagi"
"Mungkin tuhan ingin aku mencoba nya sekali lagi"