Kamis, 31 Januari 2019

Menginginkan

Bagaimana ini Tuhan, aku sedang dalam keadaan menginginkan seseorang sebegitunya.
Bagaimana ini Tuhan, rasa ini tidak bisa aku kendalikan.
Aku takut, tuhan..
Aku takut, takut kembali menjadi diriku yang dulu, yang terlalu menginginkan sesuatu hingga lupa diri, hingga tak bisa mengontrol diri, tenggelam dalam keinginan yang kuat seakan lupa bahwa berharap pada mahluk adalah memasukkan diri sendiri dalam kesempatan untuk Kecewa dan Terluka.
Aku ingin melepaskannya Tuhan, tidak ingin terlalu mengikat diri pada harapan yang ku bangun sendiri, harapan-harapan yang nantinya akan membuatku jatuh kembali.
Aku ingin menggenggam nya dengan doa-doa yang ku panjatkan padamu.
Karena aku memepercayai janjimu, bahwa Doa akan mengalahkan segalanya, doa yang akan mengubah takdir.
Mungkin dengan aku menggenggamnya dengan doa, aku tak perlu lagi merasakan kecemasan, kecemburuan, curiga dan takut akan kehilangannya, karena aku percaya, jika dia memang milikku, sejauh apapun dia melangkah, kau akan menunjukkan padanya jalan untuk pulang ke Hatiku.
Mungkin dengan begitu, aku bisa merasakan tenang, dan menyibukkan diri dengan memperbaiki diri, menyiapkan diri untuk menjadi tempat terbaik untuknya berlabuh.

Selasa, 29 Januari 2019

Surat Kecil Untuk Tuhan

Tuhan..
Mungkin sudah sering sekali aku melangitkan nama seseorang, sudah beberapa nama yang sudah pernah aku sebut dalam lirihnya doa saat aku menengadahkan tangan ataupun saat keningku menyentuh sajadah.
Ohh,, tentu saja bukan mungkin, tapi memang benar adanya.
Sudah beberapa nama yang sering aku sebut dengan lirih dalam luruhnya airmata di pipi. Dalam merenungnya pikiran saat menghadap ke jendela ketika hujan sedang turun.

Nama-nama itu, yang ku harapkan akan menjadi nyata dalm hidupku, menjadi sosok yang akan ditakdirkan bersama ku.
Namun, seseorang pernah berkata kepada ku
"Saat kau meminta dengan sunnguh kepada Tuhanmu, terkadang tuhan menjawabnya bukan dengan langsung mengabulkan pintamu, Tuhan kadang ingin melihat seberapa sungguh kamu mengingini. Dengan cara kamu diuji, dengan cara ditunjukkannya lah sisi lain dari sosok yang nama sering kau ucapkan yang mungkin belum kau ketahui. Dan, Tuhan ingin melihat, bagaimana reaksimu, akankah bertahan ? akankah berpikir ulang ? akankah berpaling dan mengganti dengan nama dan pinta yang lain ?"

Ketika itu aku terhenyak, dan menyadari. Bahwa, nama-nama yang pernah aku langitkan sebelum ini.
Awalnya aku benar-benar menunjukkan kesungguhan ku dalam mengingini. Namun, ketika aku ditunjukkan sisi lain dari sosok yang memiliki nama itu, aku mulai meragu, bimbang mulai menyergap, sehingga aku berpikir bahwa itu adalah cara Tuhan untuk menunjukkan bahwa nama itu bukan yang terbaik untukku. Padahal, mungkin itu cara tuhan menilai kesungguhan ku.

Akhir-akhir ini, aku memiliki lagi nama yang aku langitkan, sosok yang membuat aku merasa ingin, nama yang tak henti aku sebut dalam lirihnya doa ku.
Nama yang lagi-lagi aku harapkan tertulis dalam lembaran takdirku sebagai JODOH ku.
Namun kali ini, aku benar-benar dalam keadaan sungguh-sungguh ingin, Tuhan.
Aku tahu, Kau mengetahuinya. Karena Engkau Maha Mengetahui.
Aku tahu Kau mendengarnya. Karena Engkau Maha Mendengar.
Aku tahu Kau Melihatnya. Karena engkau Maha Melihat.

Bukankah Rasulmu pernah berkata "Jika Kau Menginginkan Mahluknya, Maka Mintalah Ia Pada Yang menciptakanya, yang memilikinya"

Aku merayumu Tuhan, merayu dengan sungguh.

Senin, 24 Desember 2018

Berkunjung

Akhirnya, setelah hampir 6th aku tidak berkunjung. Setelah beberapa kali merencanakan untuk berkunjung namun selalu gagal, karena aku yang selalu bergantung pada oranglain untuk mengunjungimu, aku yang belum bisa memberanikan diri untuk berkunjung sendirian.
Maafkan aku.
Setahun setelah kamu pergi, terakhir kali aku mengunjungimu.
Kini setelah 7th berlalu, akhirnya aku benar-benar bisa berkunjung.
"Rumah" mu masih tetap sama, bersih, cantik, rapi dan terawat. Aku tahu, orangtua mu pasti sangat menjaga nya. Terlebih sekarang sudah ditumbuhi oleh tanaman bunga melati. "Rumah" mu menjadi tampak lebih cantik lagi.
Maafkan aku, karena aku sempat agak kesulitan menemukan "rumah" mu, mungkin karena sudah terlalu lama tidak berkunjung.
Orang-orang yang bekerja di daerah "rumah" mu mengatakan bahwa orangtua mu selalu datang berkunjung dan mereka selalu menangis. Aku tahu pasti, mereka pasti melakukan itu. Kamu adalah anak kesayangan mereka. Teramat sangat menyanyangimu.
Maafkan aku.
Aku bahkan tidak bisa mengucapkan kalimat apapun saat berkunjung. Hanya bisa mempercantik rumah mu dengan bunga warna-warni dan menyiramnya. Mungkin juga apa yang aku lakukan malah mengotorin "rumah" mu.
Maafkan aku.
Padahal rasanya banyak sekali yang ingin aku ceritakan saat aku bisa berkunjung, tapi entah kenapa aku tak bisa mengatakan apapun. Yang ku ingat hanyalah, betapa jahatnya perlakuan ku padamu, aku masih menyesali perbuatanku.
Rasanya, aku selalu ingin meminta maaf padamu.
Oh iya, untuk pertama kalinya, desember ku tahun ini tidak kelabu, itu hal pertama yang sangat ingin aku sampaikan padamu, apakah ini pertanda kamu telah sedikit memaafkan ku ? Jika memang iya, terima kasih.
Rasanya, aku ingin berdoa pada tuhan, memintanya mengizinkan ku bisa melihatmu bahkan berbicara denganmu. Tapi itu sangat mustahil untuk dikabulkan. Aku pun sedikit berpikir bahwa permintaan ku itu sedikit menakutkan. Aku takut, aku yang belum bisa memaafkan diri sendiri ini malah menghalangi mu untuk tenang di sisiNya. Jika memang begitu, aku benar-benar sudah merelakanmu, mengikhlaskan kepergianmu. Benar-benar ikhlas. Aku tahu, kamu pergi untuk kebaikan mu dari tuhan ku. Jadi aku akan menerima segala ketentuanNya.
Walau di sini aku benar-benar merindukanmu. Tapi, aku masih bisa mengobati rinduku dengan melihat foto-foto kita, atau bahkan foto "rumah" mu.
Jika aku masih diberi kesempatan untuk berkunjung, aku akan berkunjung lebih sering. Dan aku akan mencoba untuk berkunjung dengan sendirinya tanpa bergantung pada orang lain.
Nanti, aku mampir lagi ya, cha.
Selamat tinggal.

Sabtu, 15 Desember 2018

TULUS

Seorang sahabat pernah menasehatiku saat aku sedang dalam keadaan kacau, sedang menangis sesegukan, saat aku berpikir bahwa semuanya akan berakhir.
"Kamu tahu, apa yang membuatmu sakit hati ? Itu karena kamu tidak pernah benar-benar tulus mencintai, jika kamu tulus dalam mencintai, kamu tidak akan pernah merasa sakit atau pun kecewa"
Pada saat itu aku tak menghiraukan ucapannya. Aku hanya terus menangis dan menangis.

Hari ini, aku mulai memikirkan kalimat yang diucapkan oleh sahabat ku tadi. Dan aku membenarkan ucapanya itu.
Selama ini yang aku lakukan pada orang yang aku sukai karena aku ingin orang tersebut menyukai ku juga, menganggapku sebagai orang baik yang akan selalu ada untuknya.
Jika aku tidak menyukainya, tidak berharap akan ada balasan atas apa yang aku lakukan untuknya, mungkin aku tidak akan pernah mau untuk melakukannya.

Dan aku mulai memikirkan, apa-apa saja yang aku lakukan dalam hidupku. Bahkan aku sulit menemukan hal-hal yang aku lakukan dengan tulus.
Bahkan sesuatu hal yang ku lakukan untuk pencipta ku pun aku belum benar-benar tulus. Aku masih mengharapkan balasan atas apa yang telah aku lakukan.
Mungkin karena itu aku sering merasakan sakit hati, kecewa dan terluka..

Rabu, 05 Desember 2018

Ada banyak cerita yang ingin aku ceritakan. Aku sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Tapi entah kenapa rasanya saat ini, kamu bukan tempat yang pas untuk berbagi, untuk ku cerita kan tentang apa yang terjadi kemarin. Apa yang membuat aku bersedih dan menyesakkan dada akhir-akhir ini..

Rabu, 28 November 2018

Desember

Akankah desember kali ini juga kelabu, cha ?
Pertanyaan pertama yang ku ajukan di akhir november ini. Karena sepertinya desember ku akan kelabu lagi.
Sudah 7th cha, setelah ku ingat, sejak kepergian mu di bulan desember 2011 lalu, desember ku nampaknya selalu kelabu.
Entah hanya kebetulan. Entah memang sudah jalannya begitu.
Cha.. aku rindu. Bagaimana di atas sana ? Lebih baikkah ?
Jika lebih baik, rasanya aku ingin menyusulmu, cha.
Rasanya aku ingin menyerah saja di sini.
Terlalu sesak di sini, cha.
Terlalu menyakitkan.

Cha. Ceritakan lah sedikit tentang keadaan di sana. Hadir lah sesekali di mimpi ku, cha.
Aku rinduuuuu..
Ceritakan apa saja, cha. Aku akan mendengarkan. Aku janji..

Senin, 29 Oktober 2018

Merasa Bersalah

Merasa bersalah itu adalah perasaan yang tidak menyenangkan, sebab, rasa sedih, sesal, marah, kecewa, terlebih sesal sungguh menguasai segalanya.
Hari ini aku merasa bersalah, karena terlambat mencari tahu. harus nya dari kemarin aku mendengarkan perkataan ibu ku.
Sudah dari beberapa hari yang lalu ibuku meminta ku untuk mencari tahu perihal jadwal tes, aku, kakak dan kakak iparku, aku tidak pernah menggubris perintahnya. Aku selalu saja mencari tahu jadwal ku terlebih dahulu.
Hari ini, akhirnya aku bergerak untuk mencari tahu, namun apa yang aku dapatkan. jadwal pelaksanaan tes kakak ku ternyata hari ini, pada sesi ke empat yaitu pada pukul 14.00 s/d 15.30 tadi.
Sedangkan sekarang sudah menunjukkan pukul 17.30 lebih.
Entah kenapa, rasanya aku menyesal sekali, kenapa harus hari ini, kenapa tidak besok jadwal nya.
kenapa harus hari ini, kenapa tidak kemarin aku mengetahuinya. kenapa ????
Padahal, kakak sudah sangat berusaha untuk belajar dalam menghadapi tes kali ini.. dan aku merasa yakin bahwa dia akan lulus.


Maafkan aku Bu..
Maafkan aku Kak..