Rabu, 14 Desember 2016

Bahagia dalam sedih atau sedih dalam bahagia.

Kamu tau. Apa yang membuatku sedih hari ini ??
Aku mendapatkan kabar bahwa salah satu teman dekat ku akan dilamar oleh pacarnya. Bukan, bukan karena dia akan menikah yang membuat ku sedih. Tapi, aku sedih karena semakin banyak saja teman dan orang disekitar ku mulai menikah. Aku memikirkan nasib ku, takdirku. Kapan aku akan menikah ?? Kapan aku akan merasakan gugup dan perasaan yang campur aduk saat seorang pria akan meminta ku untuk menjadi istri nya.
Ahh.. mungkin aku belum dapat gilirannya saja. 😊

Sabtu, 03 September 2016

Terjaga

Minggu, pukul 03.26 WIB
Ketika aku mulai mengetik tulisan ini.
Aku baru saja selesai menonton serial kartun favorit ku. Detective conan..
Aku masih terjaga mungkin karena efek dari capuccino yang memang sengaja aku minum agar aku tidur lebih lambat.
Aku hanya ingin menggunakan kuota tengah malam ku, hehe..

Sudah lama sekali rasanya aku tidak menulis. Bukan, bukan karena tidak ingin. Tapi lebih kepada bingung, aku bingung harus menulis apa, bukan, lebih tepat nya menulis tentang siapa.
2 tahun, yaa hampir dua tahun ini aku "sendiri" dan menutup diri. Aku pikir mungkin ada sesuatu yang mengikatku dan sepertinya aku menikmati rasa terikat itu.
Setiap kali aku ingin melepaskan diri, sisi lain dari hati ku berkata bahwa hidup dengan "ikatan" seperti ini lebih baik. Entah, rasanya pikiran itu berasal dari hati kecil ku atau logika yang penuh dengan keegosian dan rasa tidak percaya diriku. Aku bahkan tidak bisa membedakan nya..

Hal yang paling aku takut kan sekarang adalah, jika aku ditakdirkan hidup sendiri..
Entah, aku bahkan takut untuk membayangkannya..
Bagaimana bisa aku hidup sendirian.
Tanpa orangtua, saudara, teman bahkan pasangan..
Tapi, aku selalu menepis pikiran buruk ituuu jauh-jauh. Dan selalu percaya janji tuhan. Bahwa manusia diciptakan berpasangan.
Mungkin, aku belum mendapatkan giliran nya untuk bertemu dan bersama pasangan hidup ku.
Tapi aku yakini, tuhan sedang mempersiapkan seseorang  untuk ku. Yang ditakdirkan untuk menemaniku.. 😊
Yang harus ku lakukan saat ini bersabar dan memperbaiki diri.
Hingga saat nya nanti, aku dipertemukan dengan seorang pria yang ditakdirkan untuk ku..

Selasa, 09 Februari 2016

Terimakasih

Salam untuk ibumu.

Terimakasih karena sudah menerimaku. Bahkan memperbolehkan ku memanggilnya sama dengan panggilanmu.

Terimakasih karena beliau dengan senang hati memperkenalkan ku pada anggota keluargamu yang lain.

Terimakasih pada adikmu.
Walau umur ku jauh lebih muda dari nya, dia tetap menghormatiku layak nya aku sudah menjadi kakak iparnya.

Terimakasih pada ponakanmu. Yang selalu memanggilku dengan sebutan "tante" sehingga membuatku merasa mereka telah menjadi ponakanku.

Terimakasih untuk semua keluargamu. Mereka merentangkan tangan untuk menerimaku.

Aku sempat berkhayal. Andai aku bisa menjadi anggota keluarga ini. Aku sudah bisa diterima dengan baik.
Takkan pernah ada cerita tentang ibu mertua yang galak. Ipar yang iri.
Mereka menerima ku layaknya saudara bukan orang luar yang akhirnya menjadi keluarga.

Terimakasih pada ibu dan bapakmu.
Sudah dengan rela mendengarkan curhatan ku yang kekanak-kanakan ini. Tapi mereka dengan senang hati menenangkan ku.

Terimakasih untuk cinta ibumu.
Aku merasakan dia benar-benar mencintaiku dan berharap aku bisa denganmu.

Titip salam ku untuk keluargamu.

Ibu mu yang akan selalu aku panggil ibu.
Bapak mu yang akan selalu aku panggil bapak.
Adik mu yang selalu aku panggil adik.
Dan ponakan mu yang selalu akan aku sayangi.

Tolong sampaikan pada mereka.

Semoga aku akan selalu bisa menjadi keluarga mereka walau tak dengan mu.

Terimakasih.

Selasa, 02 Februari 2016

Untuk Ocha

Hai cha.
3 februari datang lagi..
Harus nya kalau kamu masih ada, kamu merayakan hari kelahiran mu yang ke 23th.
Tapi sayang, tuhan hanya memberimu waktu hingga usia mu 18th.
Tanpa terasa sudah hampir 5th kamu pergi.
5th bukan waktu yang sebentar, tapi rasanya penyesalan itu masih terus saja mengganggu ku. Walaupun ku tahu, kamu sudah memaafkan ku kan cha ?

Bagaimana kamu disana cha, tuhan dan malaikat nya menjaga mu dengan baikkan ??
Kamu sudah tidak merasakan sakit karena penyakitmu itu lagi kan ?
Kamu sudah dengan bebas memakan makanan kesukaan mu kan cha ?
Aku harap semua pertanyaan itu dijawab dengan "iya"

Cha, aku rindu.
Kamu tahu kan aku tidak akan pernah lupa sama kamu. Orang asing pertama yang dengan ramah nya mengajak ku berteman.

Cha..
Maaf, karna sudah lama aku tidak menjengukmu. Membawakan mu bunga dan menyiram tempat tinggalmu.
Maaf cha.

Maaf, karna semenjak selesai kuliah aku tidak pernah lagi menjenguk ibumu, aku bahkan tak tahu masih kah keluarga mu tinggal disana.
Bagaimana keadaan mama cha ?
Semoga dia sekarang lebih tenang dan sudah mengikhlaskan mu.
Aku bukan tak ingin mengunjungi ibumu cha, tapi karna sekarang aku sudah jauh, lagipula aku tidak tega, setiap kali kami datang kerumah mu, ibumu selalu menjadi lebih sedih karena katanya dengan melihat kami, beliau menjadi semakin ingat dengan mu. Walau ku tahu, dia selalu dan akan selalu mengingatmu.

Kehilanganmu adalah kehilangan pertama yang kurasakan paling berat, cha.
Karena kematian sungguh sangat memisahkan kita. Tuhan menciptakan sekat antara kita. Dan ku harap doa yang dapat menembus dan menjadi penghubung kita.

Tapi, aku tidak akan pernah berdoa pada tuhan untuk memutar waktu kembali. Karena jika pinta ku dikabulkan berarti aku menyuruhmu untuk merasakan sakit dan menyaksikan mu menderita karena penyakit itu kembali.
Biarlah, mungkin ini giliranku untuk merasakan sakit. Biarlah, takdir tuhan memang selalu baik.
Biarlah, kau akan selalu menjadi sahabat dalam kenangan ku.

Selamat ulangtahun Ovinda Runika. 😙
Peluk cium dari ku, semoga tuhan dan malaikat selalu menjaga mu.

Sabtu, 30 Januari 2016

Menjadi Dewasa

Hallo..

Perkenalkan, nama saya mia dan sekarang saya menuju umur 25 tahun.

Menjadi dewasa tidak pernah serumit ini yang ada dalam bayangan sewaktu kecil dulu.

Dulu, saya berpikir kelak jika sudah “besar” saya akan lebih leluasa mengarungi dunia, membuat keputusan sesuka hati, mencoba berbagai macam hal baru, merasakan jatuh cinta. Tanpa aku ketahui, bahwa memasuki dunia “dewasa” tidak hanya tentang itu semua.

Mungkin benar, jika sudah besar. Saya lebih bebas untuk pergi ke mana saja tanpa perlu di dampingi oleh orang tua, tetapi pada saat itu saya tidak berpikir tentang tanggung jawab yang juga mesti saya tanggung sendiri. Jika bepergian bersama orang tua, mungkin saya tidak perlu repot mengurus keperluan tentang apa saja yang mesti dibawa, tentang apa saja yang harus dirapikan saat pulang, tentang menjaga diri, tentang mengatur keuangan.

Mungkin benar, jika sudah besar. Saya bisa membuat Keputusan sesuka hati, tapi tanpa saya ketahui, setiap Keputusan akan selalu ada risikonya masing-masing. Tentang sebuah penyesalan jika Keputusan yang saya ambil itu salah.

Mungkin benar, jika sudah besar. Saya bisa mencoba berbagai hal baru, seperti memakai sepatu dengan hak yang tinggi, menggunakan make-up, membeli pakaian yang menurut saya bagus. Tapi di balik semua itu, saya tidak pernah tahu, jika terlalu lama menggunakan sepatu hak tinggi dapat membuat jari kaki saya lecet, betis menjadi pegal, dan jika tidak hati-hati bisa terjatuh, dan itu akan sangat memalukan. Menggunakan make-up tanpa terlebih dulu tahu jenis kulit muka juga akan menjadi hal yang fatal, sebab dapat membuat muka menjadi berjerawat, kusam dll.

Mungkin benar, jika sudah besar. Saya bisa JATUH CINTA.
Cinta yang sampai sekarang pun aku tidak mengerti apa makna yang sesungguhnya.

Aku tidak pernah tahu bahwa CINTA itu bisa membawa dampak begitu hebat dalam hidup. Jika saya terlalu mencinta itu akan membuat saya menjadi budak, rela melakukan apa saja demi seseorang yang saya cintai. Bahkan saya rela menjadi hancur karena CINTA.

Cinta di usia 20an menjadi bertambah rumit.

Semakin banyak saya mengenal laki-laki, semakin banyak saya belajar tentang berbagai sifat yang terkadang membuat saya tak habis pikir dan begitu membingungkan.
Pernah pertama kali saya menjalin cinta dengan seseorang lelaki, pada awalnya semua baik-baik saja, sampai pada akhirnya hubungan kami hancur karena sifat saya yang terlalu menuntut untuk “selalu” harus tahu apa saja, di mana saja, dan ke mana saja pacar saya.

Dari sana, saya belajar, bahwa lelaki tidak ingin kehidupannya terlalu saya ikut campuri. Mereka ingin ruang untuk kehidupan mereka sendiri.

Lalu, saya pun menjalin hubungan kembali. Saya mulai belajar untuk tidak terlalu menuntut, membiarkan semua terjadi apa adanya, saya tidak selalu harus tahu ke mana dan dengan siapa pacar saya bepergian, memberi kabar hanya sekadarnya saja. Tapi ternyata itu juga tidak berhasil, karena ternyata dia menjadi lebih bebas untuk bepergian dengan siapa saja termasuk orang-orang yang berasal dari masa lalunya, dan memberikan ruang untuk orang lain masuk ke hubungan kami.

Dari situ, saya belajar kembali, mungkin saya terlalu melonggarkan hubungan kami, sehingga memberikan peluang bagi orang luar untuk hadir dan menyelinap lalu merebut orang yang saya cintai.

Jika saya melihat teman-teman saya, yang selalu merayakan hari-hari spesial dengan kejutan-kejutan manis dan romantis, terbesit keingan untuk melakukan hal yang sama.

Jadi, suatu hari. Orang yang saya cintai akan berulang tahun, saya pun menyiapkan sesuatu yang spesial untuknya. Menahan kantuk untuk menunggu hingga pukul 12 malam agar menjadi orang pertama yang memberikan ucapan, menyisihkan sebagian uang jajan untuk membelikannya kado. Tapi ternyata apa yang saya lakukan salah, dia bukan tipe orang yang suka akan sebuah “perayaan” sehingga saya hanya mendapatkan respons “seadanya”

Dan kejadian itu pun membuat ku lagi-lagi kembali belajar, bahwa setiap manusia itu berbeda, tidak semua orang akan memberikan respons yang sama pada sesuatu.

Sekarang, di umur ku yang sudah hampir menginjak 25 tahun. Muncul kecemasan tersendiri akan seorang pendamping, di saat teman-teman sebaya sudah mulai menyebar undangan, bahkan sudah mempunyai anak, kenapa saya masih berada pada fase “mencari” dan “menemukan”

Di umur ini, rasa dilema menjadi begitu besar. Di sisi lain, orang tua mulai menuntut untuk segera menikah, dan di sisi lain aku tak tahu harus memulai semuanya dari mana. Rasa nya ruang lingkup untuk mencari kenalan baru semakin sempit. Untuk mencari orang baru terlalu susah, atau aku yang sudah terlalu sulit untuk menerima orang baru, memulai sesuatu dari awal, mengenalkan diri kembali, beradaptasi kembali, berkenalan dengan keluarga baru kembali.
Ahh.. rasanya sudah bukan waktunya lagi.
Tapi aku harus. Kalau tidak sekarang, kapan lagi.

Kata ibu ku, wanita itu semakin berumur semakin sulit untuk mendapatkan seseorang yang benar-benar kita ingini. Jika sudah semakin berumur, cinta sudah tidak terlalu menjadi hal yang utama.

dan ada yang bilang. Hanya beberapa orang saja yang beruntung bisa menikahi orang yang dia cintai, selebihnya hanya orang-orang menikah karena memang sudah di tuntut untuk menikah.

Dan aku tidak mau termasuk kelompok orang-orang yang kedua. 😢