Untuk perempuan
yang membenci ku.
Apa kabarmu ?
Sudah lama
sekali kita tidak bertemu, atau memang kita saling menghindari pertemuan itu,
atau kau yang benar-benar tidak ingin bertemu dengan ku ?
Bagaimana
hubungan mu dengan kekasih mu itu ? masih kah ?
Ahh,, aku
hanya berbasa-basi saja menanyakan nya.
Karena aku
tau, kalian sudah lama tidak bersama, bukan ?
Aku kira kamu
dan kekasihmu itu akan berjalan lama, akan berjodoh dan berakhir di sebuah
pelaminan , dengan aku sebagai tamunya yang akan menyalami mu dan melihat
senyum puas penuh kemenangan mu.
Oh iya, aku
seharusnya tidak boleh berbicara demikian, karena kita tidak tahu rencana
tuhan, kan ?
Kamu pasti mau
berbicara seperti itu, kan.
Tapi, pernah
kah kamu juga berpikir demikian, kemarin ?
Saat aku mengetahui
bahwa kau yang menjadi wanita pilihan lelaki yang aku cintai, dulu.
Ahh, mungkin
saja kamu juga berpikiran sama dengan ku, hanya aku saja yang berpikiran buruk
tentangmu.
Aku tidak
membencimu hanya karena kamu yang sebutan nya sebagai “teman” ku menjalin
hubungan dengan mantan kekasih ku. Tidak, aku tidak seperti itu.
Aku hanya
tidak menyukai caramu. Kamu yang begitu melarang ku dan mantan kekasih ku itu
kembali menjadi teman, memulihkan kembali keadaan yang rusak akibat rasa yang
di sebut cinta.
Bahkan, untuk
saling bertegur sapa pun, sepertinya kau tidak mengizinkan.
Sebegitu khawatirkah
kamu, jika aku akan merebut kembali dia darimu ? sebegitu tidak percayakah kamu
dengan nya, hingga kamu membatasi pergaulan nya ?
Bagaimana kita
yang dulu dekat menjadi saling menjauh hanya karena urusan cinta ini.
Bagaimana tidak
suka nya kamu ketika ada nama ku hadir dalam hidup nya, ada dalam notifikasi hp
nya.
Bagaimana kamu
yang seperti dengan sengaja memposting foto mesra kalian di sosial media.
Apa yang kamu
ceritakan pada teman-temanmu, hingga mereka memberikan tatapan tidak suka
kepada ku ?
Saat itu, apa
kau tidak pernah berpikir bahwa kalian juga bisa berakhir ? kau juga bisa
berada di posisi yang sama dengan ku ?
Tidak punya
kah kau sedikit empati pada perempuan yang masih dalam tahap belajar menerima
dan merelakan ini ?
Kini, keadaan
berubah. Kau berpisah dengan nya. Aku tahu, sekarang dia sudah kembali pada
wanita yang aku tahu sangat dicintainya, wanita yang sudah pasti aku relakan
jika dulu dia kembali pada nya bukan bersama dengan mu.
Bahkan aku dan
dia sekarang kembali menjadi teman, kembali bisa berkomunikasi dengan baik
seperti sebelum kami menjalin hubungan, apa kau tahu ?
Maaf, aku
tidak sedang tertawa diatas kesedihan mu. Tapi, rasanya aku tidak punya rasa
empati lagi dengan mu. Mungkin, aku dendam.
Bagaimana,
adakah sedikit rasa penyesalan mu karena sudah dengan begitu tega nya mencoreng
arti kata “teman” diantara kita ?
Bahkan sekarang,
mungkin sulit untuk kita memperbaiki hubungan kita kembali. Aku sepertinya
tidak mau lagi memberikan mu julukan sebagai seorang “teman” . mungkin kau juga
demikian.
Untuk perempuan
yang membenciku.
Aku hanya
kehilangan satu. Sedangkan kau, kau kehilangan dua.